HARDIKNAS Dalam Kaca Mata Syari'ah

Oleh : Tohirin Ashidiqi
foto : suasan pendidikan di kampus


Tanggal 2 Mei, merupakan momentum penting yang selalu kita peringati sebagai “Hari Pendidikan Nasional” hal ini pula mengingatkan kita untuk senantiasa mensyukuri ilmu yang telah Allah anugerahkan kepada kita melalui guru-guru. Hal ini juga mengingatkan kita kepada Founding Fathers (bapak-bapak pembangunan pendidikan) khususnya pendidikan Indonesia, yang telah berjuang bahu membahu untuk membina pendidikan yang lebih menyeluruh sebagai lawan dari pendidikan yang dulu pernah di buat oleh Belanda dalam politik etisnya. Seperti diketahui dalam zaman V.O.C bangsa Belanda menganggap tanah air kita semata-mata sebagai objek perdagangan. Mencari dan mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya dari tanah air kita, itulah maksud dan tujuan dari segala usahanya dalam penjajahannya. Pendidikan dan pengajaran diserahkan kepada para pendeta Kristen. Yang hanya memberikan pengajaran membaca, menulis, dan berhitung yang semata-mata hanya untuk kepentingan tenaga kerja perusahaan-perusahaanya sendiri. Bayangkan sahabat jika hal yang semacam itu kita alami sekarang ? apa yang akan terjadi, olehkarnanya sudah semestinya kita tau dan mengingat sejarah sebagai nilai juang menghargai para guru-guru kita.

Sejarahpun mencatat bahwa anak bangsa pernah melakukan perlawanan dalam segi pendidikan, melalui “Taman Siswa” para anak bangsa mencoba menjawab kegelisahan yang dialami oleh rakyat pribumi pada saat itu, tepatnya pada tgl 3 juli 1922, Taman Siswa didirikan. Hal inilah yang memicu kebangkitan nasional bangsa Indonesia. hal ini merupakat nilai spiritual yang beralaskan garis hidup dari bangsanya dan ditujukan untuk prikehidupan yang dapat mengangkat derajat rakyat dan bangsanya.

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat muncul sebagai pelopor pendiri Taman Siswa, beliau rela mengubah namanya dan melepas gelar bangsawannya agar bisa berbaur dengan rakyat biasa menjadi Ki hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara adalah salah seorang patriot paripurna yang perkataan-perkataannya, sikap hidupnya, tindak-tanduknya, kesetiaan terhadap nusa dan bangsanya tidak pernah bertentangan satu sama lain. Beliau adalah pendiri perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priayi maupun orang-orang belanda dulunya. Beliau adalah seorang pendidik yang setiap tutur kata dan tindakannya dapat dijadikan contoh bagi murid-muridnya, baik murid-murid di perguruan Taman Siswa, maupun murid-muridnya diluar perguruan tersebut. Dan beliau pula yang sadar bahwa kebudayaan dan kesenian nasional adalah sesuatu faktor yang penting untuk mendidik murid-murid menjadi patriot sejati yang berkepribadian bangsa Indonesia. Beliau juga adalah Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang pertama, yang meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi pendidikan nasional yang progresif untuk generasi sekrang dan generasi yang akan datang. Semboyan beliau juga menjadi semboyan pendidikan nasional kita sekarang ini. Secara utuh dalam bahasa Jawa semboyan itu berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” (didepan memberi contoh, ditengah memberi semangat, dibelakang memberi dorongan). dikutip dari Biografi Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.

Setelah kemerdekaan baik pemerintah maupun rakyat sejak 17 agustus 1945 tidak tinggal diam dan telah menunjukkan kegatannya dalam berbagai usaha mengenai pendidikan dan pengajaran bagi rakyat. Pada tanggal 12 april 1946 pemerintah membentuk P.P.P.R.I (Panitia Penyelidik Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia) yang menyusun tentang program pendidikan, mulai seolah rendah sampai sekolah tinggi, baik sekolah kejuruan maupun sekolah umum, sekolah-sekolah yang berdasarkan agama dan yang tidak, tentang system-sistem pengajaran yang ditinjau secara dalam dan luas, dan tentang bentuk  dan isi pendidikan dan pengajaran tersebut.(dikutib dari buku “ORASI” Organisasi Studi dan Aktualisasi Pancasila)
Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional, hal itu dianut semenjak setelah kemerdekaan bahkan sebagian kelompok seperti Taman Siswa semasa penjajahan. Namun sistem pendidikan nasional belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Mengenai pendidikan nasional, pasal 3 UU sisdiknas 2004 mengatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pendidikan di Indonesia pada masa ini kehilangan esensi dari pendidikan tersebut, yang pada dasarnya menghasilkan individu yang bertakwa, berkepribadian matang, berilmu mutakhir, berprestasi, memiliki rasa kebangsaan, serta berwawasan global.(lihat : Sejarah pendidikan indonesia setelah kemerdekaan)

Lantas bagaimana Islam memandang tentang pendidikan ?

Tugas kita sebagai anak bangsa, harus memberikan peran besar membangun pendidikan untuk anak-anak bangsa. Kita harus ingat pada seruan Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak – anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. Ayat ini secara jelas menyerukan supaya kita menyiapkan generasi yang kuat, yakni kuat jasmani dan rohani. Karena ayat ini sebenarnya berhubungan dengan pembagian waris, artinya kekuatan ekonomi dan kekuatan jasmaniah harus dibangun, kekuatan rohaniah juga harus ditumbuh kembangkan pada diri mereka.

Pendidikan yang kita inginkan adalah pendidikan yang berbasis keimanan dan ketaqwaan. Juga pendidikan yang diungkapkan pada sebuah ayat, dimana Allah menyerukan di samping kekuatan imaniah, juga Allah menyerukan supaya kita menyediakan, menyiapkan anak-anak didik yang memiliki ketangguhan di bidang sains dan teknologi. Allah menyerukan dalam surah An Anfaal ayat 60: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”. Ayat ini mempertegas kepada kita bahwa penyiapan generasi yang berkualitas, yang memiliki kesanggupan sains dan teknologi itu adalah sudah bagian dari jihad kepada Allah SWT. Infestasi yang kita berikan untuk pendidikan anak-anak bangsa kedepan adalah bagian dari jihad di jalan Allah SWT, maka Allah akan berikan balasan yang sempurna kepada kita semua. Sayyidina Ali menyerukan supaya kita menyiapkan pendidikan generasi masa depan harus lebih baik daripada generasi sekarang, beliau mengungkapkan “Didiklah anak-anakmu karena mereka akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kalian”. Artinya ini antisipasi bahwa kehidupan kita sekarang dengan kehidupan yang akan datang jauh lebih hebat, lebih berat persaingannya, karena hari ini mau dan tidak mau kita sudah mulai bersaing dan menyatu dalam masyarakat ekonomi ASEAN. Maka anak-anak kita akan berlomba, akan bersaing dengan seluruh warga ASEAN dan berikutnya lagi kita akan bersaing dengan masyarakat ekonomi Asia dan masyarakat ekonomi global. Kalau ini tidak kita siapkan, maka kita khawatir anak-anak kita hanya akan menjadi penonton-penonton bukan menjadi pemain di negerinya sendiri.

Kita harus bersinergi, harus bahu membahu karena pendidikan bukan hanya tugas pemerintah tapi juga tugas masyarakat dan tugas orang tua. Kita semua harus bahu membahu untuk menyiapkan generasi masa depan, terlebih kita sekarang sedang dihadapkan kepada darurat narkoba. Ini musuh besar bangsa dan seluruh dunia, kita tidak boleh tinggal diam, sebab kalau ini dibiarkan maka kita akan kehilangan generasi masa depan. Kita harus belajar dari Cina, mereka pernah mengalami suatu sejarah pahit dimana mereka dikalahkan oleh Amerika hanya dengan cara melemahkan generasi mudanya dengan dicekoki oleh narkoba, sehingga anak-anak muda Cina menjadi korban-korban narkoba dan akhirnya menjadi lemah. Sekarang Indonesia menjadi tempat yang empuk untuk penjualan narkotika. Ini adalah sebuah ancaman besar bagi generasi yang akan datang, oleh sebab itu simaklah sebuah pernyataan, nasehat atau peringatan dari seorang Dr. Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam sebuah kitabnya beliau menyerukan kepada orang tua, bahwa mereka mempunyai tanggung jawab pendidikan minimal ada tujuh, yaitu :
  1. Tarbiyah Imaniyah,
  2. Tarbiyah Akhlaqiyah,
  3. Tarbiyah Jismiyah,
  4. Tarbiyah Aqliyah,
  5. Tarbiyah Nafsiyah,
  6. Tarbiyah Ijtima’iyah,
  7. Tarbiyah Jinsiyah.
Tarbiyah Imaniyah adalah tanggungjawab orang tua untuk mendidik keimanan, ketaqwaan anak-anak kita, agar mereka memiliki daya tahan terhadap segala kemungkinan godaan-godaan duniawi yang ada di lingkungannya.

Kedua Tarbiyah Akhlaqiyah, sebuah upaya untuk kita orang-orang tua membina karakter anak-anak yakni karakter baik dan kuat, akhlak yang mulia agar mereka memiliki jati diri agar tidak terombang ambing oleh segenap isme-isme dari manapun.

Ketiga Tarbiyah Jismiyah, menyiapkan generasi-generasi yang kuat, sehat, maka mereka kita beri asupan-asupan dan makanan-makanan yang halal serta bergizi, jangan pernah biarkan mereka dimasuki oleh makanan-makanan haram.

Keempat Tarbiyah Aqliyah, yaitu untuk membangun kecerdasan akalnya sebab akal ini adalah harta terbesar umat manusia dan ini juga yang menentukan martabat manusia.
Yang kelima Tarbiyah Nafsiyah, yaitu untuk membangun semangat, jiwa, mental agar mereka memiliki ketangguhan menghadapi berbagai persoalan hidup.

Keenam Tarbiyah Ijtima’iyah, yaitu mereka kita didik dan latih supaya memiliki kepekaan sosial, supaya mampu memberikan sumbangsih bagi masyarakatnya, menjadi bagian solusi bagi masyarakat bukan malah menjadi masalah.

Dan ketujuh adalah Tarbiyah Jinsiyah, yaitu mendidik anak-anak kita agar terlepas dari pergaulan-pergaulan bebas yang mengancam kepada diri mereka. Inilah barang kali beberapa nilai-nilai yang patut kita perhatikan, maka mudah-mudahan momen peringatan hari pendidikan nasional tahun ini menjadi tonggak bagi kita untuk memulai kebangkitan pendidikan nasional untuk anak-anak bangsa kedepan
 
Dengan demikian pendidikan tidak hanya dijadikan tolok ukur mendapatkan peghidupan yang layak. Tetapi mendidikan juga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter kita sebagai bangsa yang kuat pada dasarnya. Bangsa yang memiliki nilai nilai persatuan, cinta tanah air, kepahlawanan, solidaritas, dan pantang menyerah. Pendidikan juga tak lepas dari peran tenaga pendidiknya yaitu guru. pendidikan akhlak juga sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, “jika ilmu tanpa akhlak laksana gajah yang buta, dan akhlak tanpa ilmu laksana gajah yang tak berbelalali” itulah sedikit opini yang telah saya buat dan saya ambil dari berbagai sumber, semoga bisa bermanfaat dan menambah ilmu sahabat-sahabati.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer